LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR
ILMU TANAH
PENGAMATAN PROFIL
TANAH
OLEH :
NAMA :
HAIDIR ALI
NIM : D1A011064
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
T.A 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang
secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran
penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara
kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa
organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca,
Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat
biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan
zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara
integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan
produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun
kehutanan.
Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses
pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi
bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu
sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral
dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah
dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila
kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang
berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut
dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan
horizon tanah tersebut biasa disebut Profil Tanah.
Dengan
kata lain, Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang
menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan
bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi
oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena
pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air. Terdapatnya horizon-horizon
pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan genetis menyugestikan bahwa
beberapa proses tertentu, umum terdapat dalam perkembangan Profil Tanah. Berdasarkan
uraian di atas maka dilakukan pengamatan Profil Tanah dalam langkah awal
penelitian dan pengamatan terhadap tanah.
1.2
Tujuan dan Kegunaan
Adapun Tujuan
praktikum ini adalah :
- Untuk mengetahui profil tanah
- Untuk mengetahui warna tanah
- Untuk mengetahui struktur tanah
- Untuk mengetahui tekstur tanah
- Untuk mengetahui cara konsistensi tanah
Kegunaan praktikum adalah sebagai bahan informasi dan merupakan bahan
perbandingan antara materi kuliah dan praktikum yang dilakukan di lapangan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Profil Tanah
Profil Tanah
merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali
lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu
pula sesuai dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative
terhadap tekanan atmosfer dianamakan muka air tanah. Tanah yang diasumsikan
jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara
(Pasaribu, 2007).
Horizon
Tanah adalah tanah terdiri dari lapisan berbeda horisontal, pada lapisan
yang disebut horizons. Mereka mulai dari kaya, organik lapisan atas (humus dan
tanah) ke lapisan yang rocky (lapisan tanah sebelah bawah, dan regolith
bedrock) (Anonim1, 2011).Horizon dan lapisan terbagi sesuai
dengan (Anonim2, 2011):
1. Horizon organik : horizon organik dari
tanah mineral
a. Terbentuk pada bagian atas tanah mineral
b. Terdiri atas oleh bahan-bahan 30% jika berfrasi lempung.³organik
segar/terurai sebagian 50%
c. Berkadar BO 20% jika berfraksi bukan
lempung
O1 :
horizon organik yang sebagian besar bagian-bagiannya masih jelas menampakkan
bentukasli.
O2 : horizon organik yang sudah tidak
tersidik bentuk asli asalnya.
2. Horizon mineral yang terdiri atas:
a. Horizon pengumpulan b.o yang terbentuk
dekat permukaan
b. Lap yang telah kehilangan lempung, besi
atau aluminium yang mengakibatkan pengumpulan kwarsa atau mineral
c. Horizon yang dirajai (a) atau (b) tapi
memperlihatkan sifat ke horison B atau C dibawahnya.
A1 :
terbentuk/sedang terbentuk pada/dekat muka tanah dengan penimbunan b.o.
Terhumofikasi yang berhubungan dengan fraksi mineralnya.
A2 :
berciri pokok hilangnya lempung, besi atau aluminium sehingga terjadi pemekatan
residuil kwarsa.
A3 :
horizon peralihan antara A dan B dan dirajai oleh sifat-sifat khas A1dan A2
yang menumpanginya, tapi mempunyai beberapa sifat tambahan dari horizon B di
bawahnya. AB : peralihan antara A dan B, yang bagian atas berciri utama
sifat-sifat A, dan bagian bawah seperti horizon B. Biasanya karena terlalu
tipis, bila tebal harus dipisahkan.
Keduanya
tidak bisa dipisahkan menjadi A3 dan B1
* Ciri-ciri
Utamanya
a. Pemekatan illuvial lempung silikat,
besi, Al/humus baik sendiri-sendiri maupun kombinasi.
b. Pemekatan residuil seskudesido atau
lempung silikat dengan pelarutan/penghilangan karbonat-karbonat/garam-garam
mudah larut.
c. Terjadi pelarutan seskuidesida sehingga
berwarna lebih tua, cemerlang atau lebih merah tapi tak ada iluviasi besi.
d. Perobahan bahan dari keadaan aslinya
yang mengaburkan struktur batuan asli, yang membentuk
lempung-lempung silikat, membebaskan desida-desida atau keduanya dan membentuk
struktur granuler, gumpal atau prismatik.
Menurut Hanafiah (2007), berdasarkan pembentukannya, bebatuan ini
dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu:
1. Batuan beku (igneous rock) yang
merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses solidifikasi (pembekuan) magma
cair. Apabila proses pembentukannya terjadi jauh dibawah tanah, maka bebatuan
yang terbentuk disebut plutonik (batuan dalam), disebut intrusi (batuan gang)
jika pembekuannya terjadi didalam liang-liang menuju permukaan tanah, dan
disebut ekstrusi (batuan vulkanik atau lelehan) jika pembekuannya terjadi
dipermukaan tanah.
2. Batuan sedimen (sedimentary rock)
merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses konsolidassi (pemadatan)
endapan-endapan partikel yang terbawa oleh angina atau air dibawah permukaan
bumi.
3. Batuan peralihan (metamorf) yang
merupakan batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami transformasi
(perubahan rupa) akibat adanya pengaruh perubahan suhu, tekanan, cairan atau
gas aktif.
Horizon
O adalah lapisan teratas yang hampir seluruhnya mengandung bahan organik.
Tumbuhan daratan dan jatuhan dedaunan termasuk pada horizon ini. Juga humus.
Humus dari horizon O bercampur dengan mineral lapuk untuk membentuk horizon A,
soil berwarna gelap yang kaya akan bahan organik dan aktivitas biologis,
tumbuhan ataupun hewan. Dua horizon teratas ini sering disebut topsoil.
Asam
organik dan CO2 yang diproduksi oleh tumbuhan yang membusuk pada
topsoil meresap ke bawah ke horizon E, atau zona pencucian, dan membantu
melarutkan mineral seperti besi dan kalsium. Pergerakan air ke bawah pada
horizon E membawa serta mineral terlarut, juga mineral lempung berukuran halus,
ke lapisan di bawahnya. Pencucian (atau eluviasi) mineral lempung dan terlarut
ini dapat membuat horizon ini berwarna pucat seperti pasir (Hakim, 2007).
Material
yang tercuci ke bawah ini berkumpul pada horizon B, atau zona akumulasi.
Lapisan ini kadang agak melempung dan berwarna merah/coklat karat akibat
kandungan hematit dan limonitnya. Kalsit juga dapat terkumpul di horizon B.
Horizon ini sering disebut subsoil. Pada horizon B, material Bumi yang masih
keras (hardpan), dapat terbentuk pada daerah dengan iklim basah di mana mineral
lepung, silika dan oksida besi terakumulasi akibat pencucian dari horizon E.
Lapisan hardpan ini sangat sulit untuk digali/dibor. Akar tumbuhan akan tumbuh
secara lateral di atasnya dan bukannya menembus lapisan ini; pohon-pohon
berakar dangkal ini biasanya terlepas dari akarnya oleh angin (Pairunan, 1985).
Horizon
C ialah material batuan asal yang belum seluruhnya lapuk yang berada di bawah
horizon B. Material batuan asal ini menjadi subjek pelapukan mekanis maupun
kimiawi dari frost action, akar tumbuhan, asam organik, dan agen lainnya.
Horizon C merupakan transisi dari batuan asal (sedimen) di bawahnya dan soil
yang berkembang di atasnya (Buckman, 1992).
Contoh
Tanah adalah suatu volume massa
tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan
cara-cara tertentu disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara
lebih detail di laboratorium. Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan
teknik dasar yaitu pengambilan contoh tanah secara utuh dan pengambilan contoh
tanah secara tidak utuh (Anonim1, 2011).
Menurut
Anonim2 (2011), untuk penetapan sifat-sifat fisika tanah ada 3 macam
pengambilan contoh tanah yaitu:
Contoh tanah
tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan untuk analisis
penetapan berat isi atau berat volume (bulk density), tagihan ukuran pori (pore size
distribution) dan untuk permeabilitas (konduktivitas jenuh).
Contoh
tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil aggregate) yang
diperlukan untuk penetapan ukuran agregat dan derajad kemantapan agregat
(aggregate stability).
Contoh
tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk penetapan kadar
lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar
lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture:MOR), konduktivitas hidroulik
tak jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas (sifat ketererosian)
tanah menggunakan hujan tiruan.
Secara umum,
analisis contoh tanah menurut (Anonim2, 2011) bertujuan untuk:
a. Menentukan sifat fisik dan kimia tanah
(status unsur hara tanah).
b. Mengetahui lebih dini adanya unsur-unsur
beracun tanah.
Ciri-Ciri
Tanah Muda, Tanah Berkembang, Dan Tanah Tua
- Tanah MudaTanah
Tanah muda ditandai oleh proses pembentukan tanah
yang masih tampakpencampuran antara bahan organik dan bahan mineral. Hasilnya
adalahmenbentukan horison A dan horison C. Sifat tanah masih didominasi
olehsifat-sifat bahan induknya.
- Tanah Berkembang
Tanah berkembang ditandai oleh proses yang lebih
lanjut sehingga tanahmuda dapat berubah menjadi tanah dewasa (tua), yaitu
dengan proses pembentukan horison B. Horison B yang terbentuk adalah horison B yang masih
muda sebagai hasil dari proses alterasi bahan induk atau ada penambahan
bahan-bahan tertentu dalam jumlah sedikit dari lapisan atas.
- Tanah Tua
Tanah tua yaitu proses pembetukan tanah berlangsung
lebih lanjut, sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada
horison-horison A danB. Contoh tanah pada tingkat tua yaitu jenis tanah
podsolik dan latosol tua (laterit). Lamanya waktu yang diperlukan untuk
pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas, seperti
abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda, dan
1000-10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa (Hardjowigeno, 2003).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pembentukan Tanah
- Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses
pembentukan tanah terutamaada dua yaitu suhu dan curah hujan.
- Suhu atau Temperatur
Suhu akan berpengahu terhadap proses pelapukan
bahan induk. Apabilasuhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat
sehinggapembentukan tanah akan cepat pula.
- Curah Hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi
dan pencuciantanah, semakin tinggi curah hujan maka proses pencucian tanah
akansemakin cepat.
- Organisme
Organisme sangat berpengaruh dalam proses
pembentukan tanah, karenaorganisme dapat membantu pelapukan bahan induk dan
bahan organik.
- Bahan Induk
Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan
beku, batuan sedimen(endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan
hancur menjadibahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
- Topografi (relief)
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi
jenis tanah yang terbentuk.Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan tanahnya lebih tipis
karena tererosi. Sedangkan daerah yang datar
lapisan tanahnya tebal karena terjadi
desimentasi.
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Tempat dan Waktu Pengamatan
Praktikum Profil Tanah tersebut
dilakukan pada hari kamis tanggal 18 Oktober 2012 sekitar pukul 10.00 – selesai
dan bertempat di lahan pertanian Universitas Jambi.
3.2
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada
pengamatan profil tanah antara lain:
1. Cangkul digunakan untuk menggali
tanah
.2. Skop digunakan untuk mengangkut
tanah kepermukaan.
3. Linggis digunakan untuk membantu
penggalian tanah agar bentuk rata.
4. Meteran digunakan untuk mengukur tebal, dalam dan
batas lapisan,ukuran
kandungan bahan kasar, struktur, karatan dan perakaran.
5. Cutter digunakan untuk menarik
batas lapisan, perbedaan warna strukturuntuk mempelajari gumpalan-gumpalan
bahan-bahan kasar, selaput liatdan untuk mengiris akar-akar tanaman.
6. Ring sampel digunakan untuk
mengambil sampel tanah utuh.
7. Palu untuk mencegah batu guna
dipelajari atau diambil contohnya untukmengukur kekerasan pada konkresi.
8. Kompas untuk menentukan arah
penampang terhadap lereng atau letakpenampang terhadap sesuatu yang tetap
dilereng.
9. GPS (Global Positing System)
untuk menentukan letak profil berdasarkanlintang dan bujur.Bahan-bahan yang
digunakan padigunakana pengamatan profil antaralain tanah ultisol dan daftar
isian profil.
3.3
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini
adalah :
1. Penggalian Profil
Tanah
a. Membuat
lubang penampang harus besar, agar orang dapat mudah duduk atau berdiri di
dalamnya agar pemeriksaan berjalan lancar.
b. Mengukur
penampang 1,5 m x 1 m sampai bahan induk dan pemeriksaan di sisi lubang
penampang ruang mendapat sinar matahari.
c.
Tanah bekas galian jangan ditumpuk di atas sisi penampang pemeriksaan.
d. Penampang
pewakil adalah tanah yang belum mendapat gangguan, misalnya timbunan serta jauh
dari pemukiman.
e. Jika
berair, maka air yang berada dalam penampang harus dikeluarkan sebelum
pengamatan.
f. Melakukan
pengamatan pada sinar matahari cukup (tidak terlalu pagi atau sore ).
2.
Cara Pengambilan Sampel Tanah Utuh
a. Meratakan dan membersihkan lapisan yang akan diambil, kemudian meletakan
ring sampel tegak lurus (bagian runcing menghadap ke bawah) pada lapisan tanah
tersebut.
b. Menekan ring sampel sampai ¾ bagiannya masuk ke dalam tanah.
c. Meletakkan ring sampel lain tpepat di atas ring sampel pertama, kemudian
tekan lagi sampai bagian bawah dari ring sampel kedua masuk ke dalam tanah (10
cm).
d. Menggali ring sampel beserta tanah di dalamnya dengan skop atau linggis.
e. Memisahkan ring sampel kedua dari ring sampel pertama dengan
hati-hati, kemudian potonglah kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan bawah
ring sampel sampai permukaan rata dengan permukaan ring sampel.
f. Menutup ring sampel dengan plastik, lalu simpan dalam kotak khusus yang
sudah disediakan.
3. Cara Pengambilan Sampel Tanah Terganggu
a. Ambillah tanah dengan sendok tanah atau pisau sesuai dengan lapisan yang
akan diambil, mulailah dengan lapisan paling bawah.
b. Masukkan dalam kantong plastk yang telah di beri label.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh di
lapangan adalah sebagai berikut :
Deskripsi Profil Tanah
Lokasi :
Lahan sebelah Laboratorium hama penyakit dan THP
Penggunaan lahan :
lahan olahan
Vegetasi :
dominan alang –alang dan kebun pisang
Lereng :
lereng tengah ( polipedon tengah )
Drainase :
baik
KATEGORI
|
LAPISAN TANAH
|
||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
VII
|
|
Kedalaman lapisan (cm)
|
0-12 cm
|
12-20 cm
|
20-36 cm
|
36-48 cm
|
48-65 cm
|
65-92cm
|
92-128 cm
|
Warna
|
Coklat gelap 10 yr 3/3
|
Coklat kekuningan 10 yr 5/8
|
Coklat kekuningan gelap10yr 4/6
|
Kuning kecoklatan 10 yr 6/6
|
Kuning 10 yr 7/8
|
Kuning kecoklatan 10 yr 6/8
|
Kuning kemerahan 7,8 yr 6/8
|
Tekstur
|
Scl,l
|
Scl,l
|
SL
|
Scl
|
Sicl
|
Sicl
|
Sicl
|
Struktur
|
Kuat, bergumpal
|
Kuat, bergumpal
|
Kuat, bergumpal
|
Kuat, bergumpal
|
Kuat, bergumpal
|
Kuat, bergumpal
|
Kuat, bergumpal
|
Konsistensi
|
Sangat gembur
|
Gembur
|
Gembur
|
Teguh
|
Teguh
|
Teguh
|
Teguh
|
SAMPEL TANAH
KELOMPOK
|
KA ( % )
|
BV ( gr/cm3)
|
TRP ( % )
|
1
|
13,8 %
|
2,43 gr/cm3
|
9 %
|
2
|
17 %
|
1,97 gr/cm3
|
36 %
|
3
|
6 %
|
0,314 gr/cm3
|
25,8 %
|
4
|
14 %
|
25,5 gr/cm3
|
4 %
|
5
|
20,7 %
|
2,019 gr/cm3
|
23 %
|
6
|
12,3 %
|
0,19 gr/cm3
|
20 %
|
Ka =
-->BTB-BTK/BTK X 100 %
= 191,1-170,2/170,2 X 100 %
= 20, 7 %
BU = BTK/VOL TANAH
= 170,2/88,9 = 2,019 TRP = 1- 2,019/2,65X 100 % = 23 %
5.2
Pembahasan
Berdasarkan pada tabel di atas, terlihat bahwa
setiap tanah mempunyai horison-horison yang berbeda. Lapisan I pada profil dalam
mempunyai kedalaman lapisan 0-12 cm dan berwarna coklat gelap. Warna gelap
tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh kandungan bahan organik yang tinggi
yang terdekomposisi. . Hal ini sesuai dengan dituturkan Hakim (2007) yang
menyatakan bahwa horison teratas hampir seluruhnya mengandung bahan organik. Tumbuhan
daratan dan jatuhan dedaunan termasuk pada horizon ini. Humus dari horizon
bercampur dengan mineral lapuk untuk membentuk lapisan I, soil berwarna gelap
yang kaya akan bahan organik dan aktivitas biologis, tumbuhan ataupun hewan.
Lapisan II pada profil dalam mempunyai
kedalaman lapisan 12-20 cm dan berwarna coklat kekuningan . Memiliki tekstur
lempung liat berpasir karena pada saat pengambilan profil struktur
bongkahan mudah hancur dan mudah dibentuk. Lapisan II mempunyai
batasan lapisan baur. Menurut Hardjowigeno (1985) bahwa batas suatu horizon
dengan horizon lainnya dalam suatu Profil Tanah dapat terlihat jelas atau baur
Lapisan III pada profil dalam berwarna coklat
kekuningan dengan kedalaman lapisan 20-36 cm. Memiliki tekstur lempung liat berpasir mempunyai
struktur yang medium dan konsistensinya lembab atau tidak kering karena berada
pada lapisan bawah sehingga tidak mudah untuk mengalami penguapan air.
Hal ini sesuai dengan Buckman (1982) yang
menyatakan bahwa pada lapisan ke III merupakan transisi dari batuan asal
dibawahnya dan soil yang berkembang diatasnya sampai pada kedalaman lapisan
yang terakhir.
BAB V
PENUTUP
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan
praktikum maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Lapisan I mempunyai kedalaman 0-12 cm
dengan warna coklat gelap, memiliki batasan lapisan nyata, konsistensi sangat
gembur, tekstur pasir berlempung, struktur kuat, bergumpal , dan tidak ada
karatan.
b. Lapisan II mempunyai kedalaman 12-20 cm
dengan warna tanah coklat kekuningan, memiliki batasan lapisan berbaur,
konsistensi gembur, tekstur lempung liat berpasir, struktur kuat, bergumpal,
dan mengandung mangan.
c. Lapisan III mempunyai kedalaman 20-36 cm
dengan warna tanah coklat kekunig-kuningan, memiliki batasan lapisan berbaur, konsistensi
tanah lembab, tekstur lempung liat berpasir, struktur kuat, bergumpal, dan
mengandung alumunium, mangan.
d. Faktor-
faktor pembentukan tanah yaitu kemeringan, material asal, organism hidup,
waktu, dan iklim.
6.2
Saran
Pengamatan profil hendaknya kepada
para praktikan ( mahasiswa/ teknisi ) sebaiknya dilakukan dengan hati-hati
guna untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
- Anonim2 .2011. http://feiraz.wordpress.com/2008/11/08/geografi-tanah-indonesia.
- Anonim2 .2011. http://feiraz.wordpress.com/2008/11/08/geografi-tanah-indonesia.
- Buckman,Harry O.1982.Ilmu Tanah.Bhratara Karya Aksara: Jakarta
- Buol,Holo,Cracken. 1980.Ilmu Tanah.Bhratara Karya Aksara: Jakarta
- Hakim.2007. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
- Hanafiah, Kemas Ali,Dr,Ir.2007.Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT.Rajagra Findo Persada: Jakarta
- Hardjowigeno. 1985. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo.
- Lopulisa.2004.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.PT.Rajagara Findo Persada: Jakarta
- Pairunan, A.K, dkk. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Indonesia Timur.
- Pasaribu.2007. http://www.scribd.com/doc/13977716/Alfisol-Dan-Oxisol.
- Syafi’i, Suryatna.1990. Ilmu Tanah. Angkasa Bandung. Bandung
- Foth. D. Henry. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga : Jakarta