Minggu, 23 Desember 2012

pengamatan profil tanah

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH

PENGAMATAN PROFIL TANAH




                                 
OLEH :

NAMA    :     HAIDIR ALI
NIM         :    D1A011064



AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS JAMBI

T.A 2012/2013


BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut Profil Tanah.
Dengan kata lain, Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air. Terdapatnya horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umum terdapat dalam perkembangan Profil Tanah. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan pengamatan Profil Tanah dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah.

1.2       Tujuan dan Kegunaan
Adapun Tujuan praktikum ini adalah :
  • Untuk mengetahui profil tanah
  • Untuk mengetahui warna tanah
  • Untuk mengetahui struktur tanah
  • Untuk mengetahui tekstur tanah
  • Untuk mengetahui cara konsistensi tanah
Kegunaan praktikum adalah sebagai bahan informasi dan merupakan bahan perbandingan antara materi kuliah dan praktikum yang dilakukan di lapangan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Profil Tanah
Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dianamakan muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara (Pasaribu, 2007).
Horizon Tanah adalah tanah terdiri dari lapisan berbeda horisontal, pada lapisan yang disebut horizons. Mereka mulai dari kaya, organik lapisan atas (humus dan tanah) ke lapisan yang rocky (lapisan tanah sebelah bawah, dan regolith bedrock)  (Anonim1, 2011).Horizon dan lapisan terbagi sesuai dengan (Anonim2, 2011):
1.    Horizon organik : horizon organik dari tanah mineral
a.    Terbentuk pada bagian atas tanah mineral
b.    Terdiri atas oleh bahan-bahan  30%  jika berfrasi lempung.³organik segar/terurai sebagian 50%
c.    Berkadar BO 20% jika berfraksi bukan lempung
         O1 : horizon organik yang sebagian besar bagian-bagiannya masih jelas menampakkan bentukasli.
           O2 : horizon organik yang sudah tidak tersidik bentuk asli asalnya.
2.    Horizon mineral yang terdiri atas:
a.    Horizon pengumpulan b.o yang terbentuk dekat permukaan
b.    Lap yang telah kehilangan lempung, besi atau aluminium yang mengakibatkan pengumpulan kwarsa atau mineral
c.    Horizon yang dirajai (a) atau (b) tapi memperlihatkan sifat ke horison B atau  C dibawahnya.
A1 : terbentuk/sedang terbentuk pada/dekat muka tanah dengan penimbunan b.o. Terhumofikasi yang berhubungan dengan fraksi mineralnya.
A2 : berciri pokok hilangnya lempung, besi atau aluminium sehingga terjadi pemekatan residuil kwarsa.
A3 : horizon peralihan antara A dan B dan dirajai oleh sifat-sifat khas A1dan A2 yang menumpanginya, tapi mempunyai beberapa sifat tambahan dari horizon B di bawahnya. AB : peralihan antara A dan B, yang bagian atas berciri utama sifat-sifat A, dan bagian bawah seperti horizon B. Biasanya karena terlalu tipis, bila tebal harus dipisahkan.
Keduanya tidak bisa dipisahkan menjadi A3 dan B1 
* Ciri-ciri Utamanya
a.    Pemekatan illuvial lempung silikat, besi, Al/humus baik sendiri-sendiri maupun kombinasi.
b.    Pemekatan residuil seskudesido atau lempung silikat dengan pelarutan/penghilangan karbonat-karbonat/garam-garam mudah larut.
c.    Terjadi pelarutan seskuidesida sehingga berwarna lebih tua, cemerlang atau lebih merah tapi tak ada iluviasi besi.
d.    Perobahan bahan dari keadaan aslinya yang mengaburkan struktur batuan asli,   yang membentuk lempung-lempung silikat, membebaskan desida-desida atau keduanya dan membentuk struktur granuler, gumpal atau prismatik.
Menurut Hanafiah (2007), berdasarkan pembentukannya, bebatuan ini dikelompokkan menjadi  3 golongan yaitu:
1.    Batuan beku (igneous rock) yang merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses solidifikasi (pembekuan) magma cair. Apabila proses pembentukannya terjadi jauh dibawah tanah, maka bebatuan yang terbentuk disebut plutonik (batuan dalam), disebut intrusi (batuan gang) jika pembekuannya terjadi didalam liang-liang menuju permukaan tanah, dan disebut ekstrusi (batuan vulkanik atau lelehan) jika pembekuannya terjadi dipermukaan tanah.
2.    Batuan sedimen (sedimentary rock) merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses konsolidassi (pemadatan) endapan-endapan partikel yang terbawa oleh angina atau air dibawah permukaan bumi.
3.    Batuan peralihan (metamorf) yang merupakan batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami transformasi (perubahan rupa) akibat adanya pengaruh perubahan suhu, tekanan, cairan atau gas aktif.

Horizon O adalah lapisan teratas yang hampir seluruhnya mengandung bahan organik. Tumbuhan daratan dan jatuhan dedaunan termasuk pada horizon ini. Juga humus. Humus dari horizon O bercampur dengan mineral lapuk untuk membentuk horizon A, soil berwarna gelap yang kaya akan bahan organik dan aktivitas biologis, tumbuhan ataupun hewan. Dua horizon teratas ini sering disebut topsoil.
Asam organik dan CO2 yang diproduksi oleh tumbuhan yang membusuk pada topsoil meresap ke bawah ke horizon E, atau zona pencucian, dan membantu melarutkan mineral seperti besi dan kalsium. Pergerakan air ke bawah pada horizon E membawa serta mineral terlarut, juga mineral lempung berukuran halus, ke lapisan di bawahnya. Pencucian (atau eluviasi) mineral lempung dan terlarut ini dapat membuat horizon ini berwarna pucat seperti pasir (Hakim, 2007).
Material yang tercuci ke bawah ini berkumpul pada horizon B, atau zona akumulasi. Lapisan ini kadang agak melempung dan berwarna merah/coklat karat akibat kandungan hematit dan limonitnya. Kalsit juga dapat terkumpul di horizon B. Horizon ini sering disebut subsoil. Pada horizon B, material Bumi yang masih keras (hardpan), dapat terbentuk pada daerah dengan iklim basah di mana mineral lepung, silika dan oksida besi terakumulasi akibat pencucian dari horizon E. Lapisan hardpan ini sangat sulit untuk digali/dibor. Akar tumbuhan akan tumbuh secara lateral di atasnya dan bukannya menembus lapisan ini; pohon-pohon berakar dangkal ini biasanya terlepas dari akarnya oleh angin (Pairunan, 1985).
Horizon C ialah material batuan asal yang belum seluruhnya lapuk yang berada di bawah horizon B. Material batuan asal ini menjadi subjek pelapukan mekanis maupun kimiawi dari frost action, akar tumbuhan, asam organik, dan agen lainnya. Horizon C merupakan transisi dari batuan asal (sedimen) di bawahnya dan soil yang berkembang di atasnya (Buckman, 1992).
Contoh Tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium. Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan teknik dasar yaitu pengambilan contoh tanah secara utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak utuh (Anonim1, 2011).
Menurut Anonim2 (2011), untuk penetapan sifat-sifat fisika tanah ada 3 macam pengambilan contoh tanah yaitu:
         Contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan untuk analisis penetapan berat isi atau berat volume (bulk density), tagihan ukuran pori (pore size distribution) dan untuk permeabilitas (konduktivitas jenuh).
         Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil aggregate) yang diperlukan untuk penetapan ukuran agregat dan derajad kemantapan agregat (aggregate stability).
         Contoh tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk penetapan kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture:MOR), konduktivitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas (sifat ketererosian) tanah menggunakan hujan tiruan.
Secara umum, analisis contoh tanah menurut (Anonim2, 2011) bertujuan untuk:
a.    Menentukan sifat fisik dan kimia tanah (status unsur hara tanah).
b.    Mengetahui lebih dini adanya unsur-unsur beracun tanah.

Ciri-Ciri Tanah Muda, Tanah Berkembang, Dan Tanah Tua

  • Tanah MudaTanah
Tanah muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampakpencampuran antara bahan organik dan bahan mineral. Hasilnya adalahmenbentukan horison A dan horison C. Sifat tanah masih didominasi olehsifat-sifat bahan induknya.
  • Tanah Berkembang
 Tanah berkembang ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanahmuda dapat berubah menjadi tanah dewasa (tua), yaitu dengan proses pembentukan horison B. Horison B yang terbentuk adalah horison B yang masih muda sebagai hasil dari proses alterasi bahan induk atau ada penambahan bahan-bahan tertentu dalam jumlah sedikit dari lapisan atas.
  • Tanah Tua
Tanah tua yaitu proses pembetukan tanah berlangsung lebih lanjut, sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada horison-horison A danB. Contoh tanah pada tingkat tua yaitu jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit). Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas, seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda, dan 1000-10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa (Hardjowigeno, 2003).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Tanah

  1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutamaada dua yaitu suhu dan curah hujan.
  1. Suhu atau Temperatur
Suhu akan berpengahu terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabilasuhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehinggapembentukan tanah akan cepat pula.
  1. Curah Hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencuciantanah, semakin tinggi curah hujan maka proses pencucian tanah akansemakin cepat.
  1. Organisme
Organisme sangat berpengaruh dalam proses pembentukan tanah, karenaorganisme dapat membantu pelapukan bahan induk dan bahan organik.
  1. Bahan Induk
Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen(endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadibahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
  1. Topografi (relief)
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi jenis tanah yang terbentuk.Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi. Sedangkan daerah yang datar
lapisan tanahnya tebal karena terjadi desimentasi.

BAB III
METODOLOGI

3.1          Tempat dan Waktu Pengamatan
Praktikum  Profil Tanah tersebut dilakukan pada hari kamis tanggal 18 Oktober 2012 sekitar pukul 10.00 – selesai dan bertempat  di lahan pertanian Universitas Jambi.

3.2          Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada pengamatan profil tanah antara lain:
1. Cangkul digunakan untuk menggali tanah
.2. Skop digunakan untuk mengangkut tanah kepermukaan.
3. Linggis digunakan untuk membantu penggalian tanah agar bentuk rata.
4. Meteran digunakan untuk mengukur tebal, dalam dan batas lapisan,ukuran kandungan bahan kasar, struktur, karatan dan perakaran.
5. Cutter digunakan untuk menarik batas lapisan, perbedaan warna strukturuntuk mempelajari gumpalan-gumpalan bahan-bahan kasar, selaput liatdan untuk mengiris akar-akar tanaman.
6. Ring sampel digunakan untuk mengambil sampel tanah utuh.
7. Palu untuk mencegah batu guna dipelajari atau diambil contohnya untukmengukur kekerasan pada konkresi.
8. Kompas untuk menentukan arah penampang terhadap lereng atau letakpenampang terhadap sesuatu yang tetap dilereng.
9. GPS (Global Positing System) untuk menentukan letak profil berdasarkanlintang dan bujur.Bahan-bahan yang digunakan padigunakana pengamatan profil antaralain tanah ultisol dan daftar isian profil.

3.3          Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah :
1.    Penggalian Profil Tanah
a.   Membuat lubang penampang harus besar, agar orang dapat mudah duduk atau berdiri di dalamnya agar pemeriksaan berjalan lancar.
b.   Mengukur penampang 1,5 m x 1 m sampai bahan induk dan pemeriksaan di sisi lubang penampang ruang mendapat sinar matahari.
c.    Tanah bekas galian jangan ditumpuk di atas sisi penampang pemeriksaan.
d.   Penampang pewakil adalah tanah yang belum mendapat gangguan, misalnya timbunan serta jauh dari pemukiman.
e.   Jika berair, maka air yang berada dalam penampang harus dikeluarkan sebelum pengamatan.
f.    Melakukan pengamatan pada sinar matahari cukup (tidak terlalu pagi atau sore ).
2.    Cara Pengambilan Sampel Tanah Utuh
a.   Meratakan dan membersihkan lapisan yang akan diambil, kemudian meletakan ring sampel tegak lurus (bagian runcing menghadap ke bawah) pada lapisan tanah tersebut.
b.   Menekan ring sampel sampai ¾ bagiannya masuk ke dalam tanah.
c.   Meletakkan ring sampel lain tpepat di atas ring sampel pertama, kemudian tekan lagi sampai bagian bawah dari ring sampel kedua masuk ke dalam tanah (10 cm).
d.   Menggali ring sampel beserta tanah di dalamnya dengan skop atau linggis.
e.   Memisahkan ring sampel kedua dari ring sampel pertama dengan     hati-hati, kemudian potonglah kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan bawah ring sampel sampai permukaan rata dengan permukaan ring sampel.
f.    Menutup ring sampel dengan plastik, lalu simpan dalam kotak khusus yang sudah disediakan.
3.    Cara Pengambilan Sampel Tanah Terganggu
a.   Ambillah tanah dengan sendok tanah atau pisau sesuai dengan lapisan yang akan diambil, mulailah dengan lapisan paling bawah.
b.   Masukkan dalam kantong plastk yang telah di beri label. 


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1          Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh di lapangan adalah sebagai berikut :
Deskripsi Profil Tanah
Lokasi                         : Lahan sebelah Laboratorium hama penyakit dan THP
Penggunaan lahan       : lahan olahan
Vegetasi                      : dominan alang –alang dan kebun pisang
Lereng                         : lereng tengah ( polipedon tengah )
Drainase                      : baik



KATEGORI
LAPISAN TANAH
I
II
III
IV
V
VI
VII
Kedalaman lapisan (cm)
0-12 cm
12-20 cm
20-36 cm
36-48 cm
48-65 cm
65-92cm
92-128 cm
Warna
Coklat gelap 10 yr 3/3
Coklat kekuningan 10 yr 5/8
Coklat kekuningan gelap10yr 4/6
Kuning kecoklatan 10 yr 6/6
Kuning 10 yr 7/8
Kuning kecoklatan 10 yr 6/8
Kuning kemerahan 7,8 yr 6/8
Tekstur
Scl,l
Scl,l
SL
Scl
Sicl
Sicl
Sicl
Struktur
Kuat, bergumpal
Kuat, bergumpal
Kuat, bergumpal
Kuat, bergumpal
Kuat, bergumpal
Kuat, bergumpal
Kuat, bergumpal
Konsistensi
Sangat gembur
Gembur
Gembur
Teguh
Teguh
Teguh
Teguh


SAMPEL TANAH

KELOMPOK
KA ( % )
BV ( gr/cm3)
TRP ( % )
1
13,8 %
2,43 gr/cm3
9 %
2
17 %
1,97 gr/cm3
36 %
3
6 %
0,314 gr/cm3
25,8 %
4
14 %
25,5 gr/cm3
4 %
5
20,7 %
2,019 gr/cm3
23 %
6
12,3 %
0,19 gr/cm3
20 %


Ka       =
-->BTB-BTK/BTK X 100 %

            = 191,1-170,2/170,2 X 100 %
           
= 20, 7 %


BU      =   BTK/VOL TANAH

            = 170,2/88,9 = 2,019                     TRP     = 1- 2,019/2,65X 100 % = 23 %


5.2          Pembahasan
Berdasarkan pada tabel di atas, terlihat bahwa setiap tanah mempunyai horison-horison yang berbeda. Lapisan I pada profil dalam mempunyai kedalaman lapisan 0-12 cm dan berwarna coklat gelap. Warna gelap tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh kandungan bahan organik yang tinggi yang terdekomposisi. . Hal ini sesuai dengan dituturkan Hakim (2007) yang menyatakan bahwa horison teratas hampir seluruhnya mengandung bahan organik. Tumbuhan daratan dan jatuhan dedaunan termasuk pada horizon ini. Humus dari horizon bercampur dengan mineral lapuk untuk membentuk lapisan I, soil berwarna gelap yang kaya akan bahan organik dan aktivitas biologis, tumbuhan ataupun hewan.      
Lapisan II pada profil dalam mempunyai kedalaman lapisan 12-20 cm dan berwarna coklat kekuningan . Memiliki tekstur lempung liat berpasir  karena pada saat pengambilan profil struktur bongkahan  mudah hancur dan mudah dibentuk. Lapisan II mempunyai batasan lapisan baur. Menurut Hardjowigeno (1985) bahwa batas suatu horizon dengan horizon lainnya dalam suatu Profil Tanah dapat terlihat jelas atau baur
Lapisan III pada profil dalam berwarna coklat kekuningan dengan kedalaman lapisan 20-36 cm. Memiliki tekstur lempung liat berpasir mempunyai struktur yang medium dan konsistensinya lembab atau tidak kering karena berada pada lapisan bawah sehingga tidak mudah untuk mengalami penguapan air.
Hal ini sesuai dengan Buckman (1982) yang menyatakan bahwa pada lapisan ke III merupakan transisi dari batuan asal dibawahnya dan soil yang berkembang diatasnya sampai pada kedalaman lapisan yang terakhir.


BAB V

PENUTUP

6.1       Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Lapisan I mempunyai kedalaman 0-12 cm dengan warna coklat gelap, memiliki batasan lapisan nyata, konsistensi sangat gembur, tekstur pasir berlempung, struktur kuat, bergumpal , dan tidak ada karatan.
b. Lapisan II mempunyai kedalaman 12-20 cm dengan warna tanah coklat kekuningan, memiliki batasan lapisan berbaur, konsistensi gembur, tekstur lempung liat berpasir, struktur kuat, bergumpal, dan mengandung mangan.
c. Lapisan III mempunyai kedalaman 20-36 cm dengan warna tanah coklat kekunig-kuningan, memiliki batasan lapisan berbaur, konsistensi tanah lembab, tekstur lempung liat berpasir, struktur kuat, bergumpal, dan mengandung alumunium, mangan.
d. Faktor- faktor pembentukan tanah yaitu kemeringan, material asal, organism hidup, waktu, dan iklim.

6.2       Saran
Pengamatan profil hendaknya kepada para praktikan ( mahasiswa/ teknisi ) sebaiknya dilakukan dengan  hati-hati  guna untuk  mendapatkan hasil yang maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

  • Anonim2 .2011. http://feiraz.wordpress.com/2008/11/08/geografi-tanah-indonesia.

  • Anonim2 .2011. http://feiraz.wordpress.com/2008/11/08/geografi-tanah-indonesia.

  • Buckman,Harry O.1982.Ilmu Tanah.Bhratara Karya Aksara: Jakarta

  • Buol,Holo,Cracken. 1980.Ilmu Tanah.Bhratara Karya Aksara: Jakarta

  • Hakim.2007. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
  • Hanafiah, Kemas Ali,Dr,Ir.2007.Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT.Rajagra Findo Persada: Jakarta

  • Hardjowigeno. 1985. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo.

  • Lopulisa.2004.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.PT.Rajagara Findo Persada: Jakarta

  • Pairunan, A.K, dkk. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Indonesia Timur.

  • Pasaribu.2007. http://www.scribd.com/doc/13977716/Alfisol-Dan-Oxisol.

  • Syafi’i, Suryatna.1990. Ilmu Tanah. Angkasa Bandung. Bandung


  • Foth. D. Henry. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga : Jakarta










Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar