Bioenergy : solusi bagi permasalahan krisis energi dan lingkungan
Pencarian
sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui (renewable), murah dan
ramah lingkungan menjadi tuntutan yang tidak dapat ditunda lebih lama
lagi saat ini sehubungan dengan menyusutnya cadangan bahan bakar fosil
secara siginifikan dalam beberapa tahun belakangan ini, serta efek rumah
kaca dan pemanasan global yang ditimbulkan selama proses pengunaannya.
Salah satu energi alternatif yang mempunyai potensi sangat besar namun
belum dimanfaatkan secara maksimal adalah bioenergy dimana sumber bahan
yang digunakan untuk dikonversi menjadi bahan bakar berasal dari alam
sehingga dapat diperbaharui dan tidak menghasilkan emisi gas buang
apapun. Keunggulan pemanfaatan bioenergi ini adalah dapat meningkatkan
kualitas lingkungan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta mengurangi
ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Beberapa bioenergy yang telah
dikembangkan saat ini yaitu biodiesel, bioetanol, biogas, sel surya dan
biomassa. Saat ini pemanfaatan limbah perkebunan dan industri sebagai
bahan baku bioenergi telah gencar dilakukan, hal ini mengingat
pemanfaatan limbah dapat memperkecil kerusakan lingkungan. Pemanfaatan
limbah juga dapat memperkecil penggunaan bahan pangan sehingga bahan
pangan yang ada dikhususkan untuk keperluan pangan masyarakat.
Pemanfaatan bioenergy
akhir-akhir ini marak dilakukan mengingat cadangan bahan bakar fosil
yang semakin menipis. Beberapa negara telah memanfaatkan energi
alternatif ini. Pada tahun 2005 negara di belahan Amerika Selatan telah
memproduksi 16.3 milyar liter etanol, menyumbang 33.3 % produksi dunia
dan 42 % produksi etanol. Negara yang telah menggunakan BE 10 (campuran
10% etanol dan 90% BBM), diantaranya AS, Kanada, India, Thailand, China,
Filipina dan Jepang. Hanya Brasil yang telah menggunakan BE 20.
Langkah-langkah antisipatif juga telah dilakukan negara-negara maju
untuk menghadapi krisis energi dimasa yang akan datang dengan cara
mengarahkan kebijakan energi strategis untuk beralih dari energi fosil
ke energi terbarukan terutama bioenergi. Pemerintah Australia mengatur
kebijaksanaan pemakaian biofuel untuk transportasi, industri serta
pembangkit tenaga listrik. Di USA, akhir 2005 produksi Biodiesel AS
mencapai 4 miliar galon dan akan meningkat menjadi 8 miliar galon pada
2012. Selain itu, pada tahun 2005 Belanda juga mengambil kebijaksanaan
untuk impor 400 ribu ton kelapa sawit dari Indonesia untuk dikonversi
menjadi biodiesel (Anonim a, 2012).