LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM
DASAR-DASAR
AGRONOMI
APLIKASI
ABU SABUT KELAPA TERHADAP TANAMAN KEDELAI HITAM
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
:
NAMA : HAIDIR ALI
NIM : D1A011064
KELAS :
AGROEKOTEKNOLOGI B
PEMBIMBING
PRAKTIKUM : 1. DR.Ir. NERTY SOVERDA, MS
2. Ir.
GUSNIAWATI, MP
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JAMBI
T.A
2013/2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kacang
kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar
banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Kedelai yang
dibudidayakan adalah Glycine max yang merupakan keturunan domestikasi dari spesies moyang, Glycine soja. Dengan versi ini, G. max juga
dapat disebut sebagai G. soja subsp. max. Kedelai merupakan
tanaman budidaya daerah Asia
subtropik seperti Cina
dan Jepang.
Sebaran G. soja sendiri lebih luas, hingga ke kawasan Asia tropik. Kedelai juga merupakan tumbuhan serbaguna.
Karena akarnya memiliki bintil pengikat nitrogen
bebas, kedelai merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi sehingga
tanamannya digunakan sebagai pupuk hijau dan pakan ternak.
Kedelai
merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia
adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru
dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910. Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein
nabati utama, meskipun Indonesia harus mengimpor sebagian besar kebutuhan
kedelai. Ini terjadi karena kebutuhan Indonesia yang tinggi akan kedelai putih.
Kedelai putih bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada di
Jepang dan Cina.
Pemuliaan serta domestikasi
belum berhasil sepenuhnya mengubah sifat fotosensitif kedelai
putih. Di sisi lain, kedelai hitam yang tidak fotosensitif kurang mendapat
perhatian dalam pemuliaan meskipun dari segi adaptasi lebih cocok bagi
Indonesia. Kedelai hitam adalah jenis biji-bijian atau yang dikenal
dengan nama latin Glycine max (L) Merrit ini adalah komoditas pertanian unggul
yang memiliki banyak manfaat yang berguna. Kecap, tempe, tahu, susu dan
lain-lain adalah beberapa contoh produk olahan dari kedelai hitam.
Tingkat konsumsi tanaman kedelai setiap tahunnya semakin
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan pola kebutuhan
masyarakat. Hal ini menyebabkan permintaan akan tanaman kedelai khususnya
kedelai hitam semakin meningkat, sementara penyediaan dari daerah sentra
produksi maupun lokal belum memadai. Berbagai upaya untuk memenuhi permintaan kedelai
hitam terus dilakukan, antara lain melalui perluasan areal tanam dan
peningkatan hasil kedelai. Di Provinsi Jambi perluasan areal tanam umumnya
dilakukan pada tanah Podzolik Merah Kuning yang produktivitasnya rendah karena
kandungan unsur hara, terutama P, K, Ca dan Mg sangat rendah, reaksi masam, dan
kejenuhan Al tinggi, sehingga serapan hara dan pembentukan senyawa organik
terganggu.
Salah satu alternatif untuk meningkatkan
produktivitas tanah adalah dengan pemberian bahan organik. Bahan organik yang
mempunyai potensi untuk digunakan dan mudah didapat antara lain adalah sabut
kelapa. Sabut kelapa merupakan limbah pertanian yang selama ini kurang
dimanfaatkan keberadaannya (Denian dan Fiani, 2001). Pemanfaatan sabut kelapa
sebagai pengganti pupuk KCl merupakan salah satu alternatif untuk menurunkan
biaya produksi. Selain itu pemberian sabut kelapa dalam bentuk abu memberikan
keuntungan bila dibandingkan pemberian dalam bentuk segar, karena pemberian
dalam bentuk abu memungkinkan unsur hara yang terkandung di dalamnya untuk
lebih cepat tersedia bagi tanaman. Pemberian bahan organik ke dalam tanah
memperlihatkan pengaruh yang sangat penting bagi tanaman, karena menyumbangkan
hara, terutama unsure K sehingga K-tersedia di dalam tanah meningkat. Dengan
besarnya ketersediaan K di dalam tanah memungkinkan akar tanaman menyerap unsure
K yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya.
Sunarti (1996) melaporkan bahwa K2O yang terkandung
di dalam abu sabut kelapa adalah sebesar 10,25%, dan diberikan sebanyak 643,940
kg ha-1 pada tanaman Centrosema pubescens mampu meningkatkan K-tersedia
total tanah sebesar 740,07 mg, dan meningkatkan hasil tanaman. Gusnadi (1999),
melaporkan bahwa penambahan abu sabut kelapa mampu meningkatkan tinggi tanaman,
jumlah cabang per rumpun, jumlah polong berisi, jumlah biji per polong, dan
berat biji per tanaman pada tanaman kedelai.
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM :
Adapun tujuan dari
praktikum pemberian abu limbah tanaman pada tanaman kedelai ialah :
1. Mahasiswa
mengetahui kegunaan pupuk organic dari berbagai abu limbah tanaman.
2. Mahasiswa
dapat membandingkan pertumbuhan dan hasil tanaman dengan berbagai jenis abu
Perlakuan
pada praktikum ini adalah abu dari berbagai jenis limbah tanaman yaitu :
1. Abu
janjang kelapa sawit
2. Abu
sabut kelapa
3. Abu
sekam padi
4. Abu
jerami padi
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kedelai
(Glycine max (L) Merrill) mempunyai peranan cukup besar dalam memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat.Komoditi tersebut merupakan sumber protein nabati
yang efesien dan menduduki tempat pertama diantara tanaman kacang-kacangan.
Kedelai
Hitam berasal dari tanaman liar di Cina Utara. Sejalan dengan semakin
berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19,
menyebabkan Kedelai Hitam juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan
perdagangan, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Di
Indonesia sendiri, Kedelai Hitam diperkirakan menyebar pada zaman Dinasti Zhou
(sekitar 664 SM) sejalan dengan penyebaran agama Buddha dan perdagangan para
biksu vegetarian serta barter antara pedagang china dengan pribumi Jawa. Pada
abad ke -12 atau 13 tanaman Kedelai Hitam ditemukan di wilayah Jawa Timur
tepatnya Banyuwangi. Bukti nyata keberadaan Kedelai Hitam di daerah Jawa Timur
adalah dengan banyak berdirinya pabrik-pabrik kecap di wilayah Tuban.
Botani
Tanaman Kedelai
Kedele merupakan tanaman asli daratan
cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin
berkembangnya perdagangan antar Negara yang terjadi pada awal abad ke 19,
menyebabkan tanaman kedelai juga ikut tersebar ke berbagai Negara ujuan
perdagangan yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika.
Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke 16.Awal mula penyebaran dan
pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa kemudian berkembang ke Bali, Nusa
Tenggara dan daerah lainnya. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama
bertani yaitu Glycinrsoja dan Sojamax.
fauji
(2009) tanaman kedelai memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisio
:
Spermatophyta
Sub divisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Rosales
Famili
: Leguminosae
Genus
: Glycine
Spesies
: Glycine max (L) Merrill
2.1 Morfologi tanaman kedelai
Sistem
perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder
(serabut) yang tumbuhan dari akar tunggang.Selain itu kedelai juga seringkali
membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya
akar adventif terjadi karena cekamam tertentu, misalnya kadar air tanah yang
terlalu tinggi (Suastika dkk, 1997).
Kedelai
berbatang agak tinggi 30-100 cm. Batang dapat membentuk 3-6 cabang, tetapi bila
jarak antar tanaman rapat cabang menjadi berkurang. Tipe pertumbuhan batang
dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate) dan
setengah terbatas (semi-determinate). Tipe terbatas memiliki ciri berbunga
serentak dan mengakhiri pertumbuhan, ujung batang hampir sama besar dengan
batang bagian tengah. Tipe indeterminate memiliki ciri berbunga sacara bertahap
dari bawah ke atas dan terus tumbuh, ujung batang lebih kecil dari bagian
tengah.Tipe semi-indeterminate berada diantara ke dua tipe tersebut (fauji,
2009).
Tanaman
kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon yang
tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal dan
daun bertangkai tiga (triofoliate leaves) yang tumbuh setelah masa
perkecambahan. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat
dengan potensi produksi biji. Pada daun terdapat bulu dengan warna cerah dan
jumlahnya bervariasi (Adisarwanto, 2006 ). Tanaman kedelai memiliki daun
majemuk. Daun majemuk beranak daun tiga, berselang-seling.Helaian daun tunggal
memiliki tangkai pendek dan daun majemuk memiliki tangkai agak panjang.
Masing-masing daun berbentuk oval, tipis dan berwarna hijau ( Rubatzky dan
Yamaguchi, 1998).
Buah
kedelai berbentuk polong, setiap buah berisi 1 - 4 biji, tetapi rata-rata
berisi 2 biji.Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau
abu-abu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau
akan berubah menjadi kehitaman atau kecoklatan. Jumlah polong per tanamn
bervariasi tergantung varietas, kesuburan tanah dan jarak tanam (Suastika, dkk,
1997)
Umur
kedelai sampai berbunga bervariasi, tergantung varietasnya. Varietas umumnya
dapat dipanen pada umur 80-90 hari. Pembungaan sangat dipengaruhi oleh lama
penyinaran dan suhu. Tanaman kedelai termasuk tanaman hari pendek, yang berarti
tanaman tidak akan berbunga, bila lama penyinaran melebihi batas kritis, yakni
sekitar 15 jam (Suprapto, 1999).
2.2 Syarat
Tumbuh
2.2.1
Iklim
Kedelai
dapat dibudidayakan mulai dari daerah katulistiwa sampai letak lintang 550 LU
atau 550 LS dengan ketinggian sampai 2000 meter dari permukaan laut. Suhu
optimun untuk pettumbuhannya adalah 210C – 320C (http://aliimpoenya.wordpres.com,
2009).
Suhu
tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 300 C. Bila tumbuh pada
suhu tanah yang rendah (150 C), proses perkecambahan akan jadi lambat.
Disamping suhu tanah, suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan
tanaman kedelai. Bila suhu lingkungan sekitar 400 C pada masa berbunga, bunga
tersebut akan rontok sehingga jumlah polong dan biji yang terbentuk menjadi
berkurang ( Adisarwanto, 2005 ).
Curah
hujan yang cukup selama pertumbuhan dan berkurang saat pembungaan dan menjelang
pemasakan buah akan meningkatkan hasil kedelai. Untuk panen yang baik curah
hujan 500 mm per musim.Curah hujan optimal 100-200 mm/ bulan. Gangguan
kekeringan selama masa pembungaan akan mengurangi pembentukan polong, tetapi
pengurangan produksi lebih terasa pada tahap pengisian polong dari pada tahap
pembungaan (Tindall, 1983).
2.2.2
Tanah
Tanaman
kedelai dapat tumbuh baik jika dreanase dan aerase tanah baik, untuk dapat
tumbuh subur kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur, serta kaya akan
bahan organik. Bahan organik yang cukup akan memperbaiki dan menjadi bahan
makanan bagi organisme dalam tanah (Suprapto,1999).
Tanah
yang dapat ditanami kedelai memiliki air dan hara tanaman untuk pertumbuhannya
cukup.Tanah yang mengandung liat tinggi sebaiknya diadakan perbaikan draenase
dan aerase sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen. Tanaman kedelai dapat
tumbuh pada jenis tanah alluvial, regosol, gumusol, latosol dan andosol
(Suprapto,1999).
Keasaman
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sebab keasaman tanah mempengaruhi pada
jumlah unsur hara yang bisa diserap oleh tanaman, kondisi keasaman yang baik
adalah 6-7 pada kondisi ini semua unsur hara paling banyak tersedia sehingga
penyerapan unsur hara menjadi efektif (Isnaini, 2006).
Jika
pH 5,5 atau pada tanah masam pertumbuhan bintil akar akan terhambat sehingga
proses pembentukan nitrifikasi akan berjalan kurang baik serta kedelai dapat
keracunan alumunium (Najiyati dan Danarti, 1999).
Di Provinsi
Jambi perluasan areal tanam umumnya dilakukan pada tanah Podzolik Merah Kuning
yang produktivitasnya rendah karena kandungan unsur hara, terutama P, K, Ca dan
Mg sangat rendah, reaksi masam, dan kejenuhan Al tinggi, sehingga serapan hara
dan pembentukan senyawa organik terganggu (Hakim et al., 1986). Salah
satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas tanah adalah dengan pemberian
bahan organik. Bahan organik yang mempunyai potensi untuk digunakan dan mudah
didapat antara lain adalah sabut kelapa. Sabut kelapa merupakan limbah
pertanian yang selama ini kurang dimanfaatkan keberadaannya (Denian dan Fiani,
2001). Sebagaimana diketahui, serbuk sabut kelapa memiliki kandungan trichoderma
molds, sejenis enzim dari jamur yang dapat mengurangi penyakit dalam
tanah, menjaga tanah tetap gembur, subur dan memudahkan akar baru tumbuh
dengan cepat dan lebat. Selain itu, ia juga memiliki pori-pori yang
memudahkan terjadinya pertukaran udara, dan masuknya sinar matahari. Di dalam
serbuk sabut kelapa juga terkandung unsur-unsur hara dari alam yang sangat dibutuhkan
tanaman, berupa kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), nitrogen (N),
fosfor (P), dan kalium (K).
Sunarti (1996) melaporkan bahwa K2O yang terkandung
di dalam abu sabut kelapa adalah sebesar 10,25%, dan diberikan sebanyak 643,940
kg ha-1 pada tanaman Centrosema pubescens mampu meningkatkan K-tersedia
total tanah sebesar 740,07 mg, dan meningkatkan hasil tanaman. Gusnadi (1999),
melaporkan bahwa penambahan abu sabut kelapa mampu meningkatkan tinggi tanaman,
jumlah cabang per rumpun, jumlah polong
berisi,
jumlah biji per polong, dan berat biji per tanaman pada tanaman kedelai.
2.3
Lingkungan Tumbuh
2.3.1
Gulma pada Pertanaman Kedelai
Gulma
adalah tanaman yang tidak dikehendaki yang tumbuh bersama tanaman kedelai yang
sedang diusahakan, serta sisa-sisa tanaman sebelum pelaksanaan penangkaran
benih. Tanaman-tanaman tersebut merupakan kompetitor atau pesaing dalam
pemanfaatan air, zat hara tanah, sinar matahari, dan ruang di sekitar tanaman
kedelai, bahkan berperan sebagai inang hama serta penyakit tertentu. Akumulasi
dari tingkat persaingan oleh gulma tersebut tampak nyata di lahan.Pada
tempat-tempat yang telah ditumbuhi gulma, tanaman kedelai tidak dapat tumbuh
dengan baik.Menurut Soetikno S. Sastroutomo (1990) penurunan hasil akibat
kompetisi gulma pada pertanaman kedelai dapat mencapai 10-50%.
Pada
prinsipnya, pengendalian gulma dapat dilakukan secara kultur teknis, mekanis,
biologis, dan khemis. Pengendalian gulma pada penangkaran benih kedelai
ditekankan pada perlakukan kultur teknis dan cara mekanis. Oleh karena itu,
pengolahan tanah dan perlakukan penyiangan tanaman serta roguing perlu
dilakukan secara intensif.
2.3.2
Hama Tanaman Kedelai
Jenis
hama yang biasa menyerang tanaman kedelai relatif banyak, baik yang berpotensi
merusak tanaman dalam katagori ringan hingga berat, mengakibatkan penurunan
produksi, dan bahkan mengakibatkan tanaman fuso (tidak menghasilkan).
I.
Hama Perusak Bibit
a.
Lalat Kacang
Gejala
kerusakan tanaman akibat serangan lalat kacang adalah terdapatnya bintik-bintik
putih pada keping biji, daun pertama, atau daun kedua, yakni bekas tusukan alat
peletak telur. Gejala yang lain adalah terdapat liang berupa alur atau garis
lengkung berwarna coklat, bekas gerekan larva.
b.
Penggerek Batang
Gejala
kerusakan tanaman akibat serangan penggerek batang adalah terdapatnya
bintik-bintik putih pada daun tanaman muda, tempat imago meletakkan
telurnya.Kerusakan lebih lanjut berupa lubang gerekan oleh larva pada daun,
tangkai daun, dan batang.Kadang ranting yang digerek menjadi patah.
c.
Penggerek Pucuk
Gejala
kerusakan tanaman akibat serangan penggerek pucuk adalah terdapatnya bekas
tusukan alat peletak telur pada permukaan daun bagian atas.Selanjutnya,
terdapat lubang gerekan larva pada daun, tulang daun, tangkai daun dan pucuk
daun.Daun pucuk menjadi layu, mengering, dan mati, kemudian terbentuk banyak
cabang baru namun kurang produktif.
Pengendalian
hama perusak bibit dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: Penanaman
penangkaran benih kedelai secara serempak; sanitasi kebun, roguing tanaman yang
menunjukkan gejala sakit; dan penyemprotan dengan larutan insektisida, bila
intensitas serangan pada tanaman yang berumur kurang dari sepuluh hari mencapai
2% atau lebih.
II
Hama Perusak Daun
Beberapa
jenis hama yang menyerang daun tanaman kedelai adalah sebagai berikut:
a.
Kumbang Daun Kedelai
Gejala
kerusakan tanaman akibat serangan hama ini terlihat pada pucuk tanaman, daun,
bunga dan polong. Serangan pada tanaman muda dapat mengakibatkan
kematian.Serangann pada fase selanjutnya, mengakibatkan terganggunya
pembentukan bunga, pembentukan polong, dan pengisian biji sehingga menurunkan
kuantitas dan kualitas biji kedelai.
b.
Ulat Grayak
Gejala
kerusakan tanaman akibat serangan ulat ini adalah daun tanaman habis (hanya
tersisa tulang daun), polong muda rusak, atau seluruh tanaman rusak.Gejala yang
nampak tergantung pada jenis tanaman yang diserang dan intensitas serangan
larva muda serta larva dewasa.
c.
Kumbang Tanah Kuning
Gejala
kerusakan akibat serangan kumbang tanah kuning adalah terdapatnya lubang-lubang
kecil bekas gigitan serangga pada keping biji, daun muda, pucuk, atau cabang
tanaman.
d.
Ulat Jengkal
Gejala
kerusakan akibat serangan ulat jengkal adalah kerusakan daun dari arah
pinggir.Serangan berat mengakibatkan kerusakan daun hingga hanya tersisa
tulang-tulang daun.
e.
Ulat Penggulung Daun
Gejala
kerusakan tanaman akibat serangan ulat penggulung daun adalah daun terlihat
menggulung dengan bagian atas merekat.Jika dibuka, pada bagian dalam terlihat
bahwa tulang daun telah dimakan ulat.
f.
Ulat Pelipat Daun
Gejala
kerusakan tanaman akibat serangan hama ini adalah pinggiran helaian daun
merekat. Larva tinggal di daun yang merekat tersebut dan merusak jaringan
sepanjang tulang daun.
Pengendalian
hama perusak daun dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sebagai
berikut:
1.
Penanaman serentak sehingga periode vegetatif terjadi secara serempak
2.
Pengolahan tanah secara baik untuk mematikan hama yang berada di dalam tanah
3.
Pemusnahan kelompok telur yang ditemukan
4.
Pengamatan dini untuk menentukan penanggulangan dengan insektisida
III.
Hama Perusak Polong
Beberapa
jenis hama yang sering ditemukan merusak polong tanaman kedelai adalah sebagai
berikut:
a.
Penggerek Polong
Gejala
kerusakan tanaman akibat serangan hama ini adalah terdapatnya bintik atau
lubang berwarna cokelat tua pada kulit polong, bekas jalan masuk larva ke dalam
biji. Seringkali, pada lubang bekas gereka terdapat butir-butir kotoran kering
yang berwarna coklat muda dan terikat benang pintal atau sisa-sisa biji
terbalut benang pintal.
b.
Kepik Polong
c.
Kepik Hijau
Kepik
Hijau dikenal dengan nama Nezara viridula, Green Stink Bug, dan Lembing Hijau.
Hama ini merupakan salah satu hama utama pada tanaman kedelai dan bersifat
polifag. Tanaman inang hama ini antara lain padi, kacang hijau, tanaman
kacang-kacangan, orok-orok dan kentang.
Pengendalian
hama perusak polong dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain pergiliran
tanaman, penanaman serempak, dan pengamatan secara intensif sebelum dilakukan
pengendalian dengan menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida akan cukup
efektif secara ekonomi jika intensitas serangan penggerek polong lebih dari 2 %
atau jika ditemukan sepasang populasi penghisap polong dewasa atau kepik hijau
dewasa pada umut 45 hari setelah tanam.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu November
2012 – januari 2013. Penanaman dilaksanakan pada 23 November 2012.
Pengamatan dilaksanakan setiap hari selasa dan akhir pengamatan pada 20
Desember 2012.Percobaan ini dilaksanakan di lahan percobaan fakultas pertanian
universitas jambi.
3.2 Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan
saat praktikum yaitu : cangkul , parang, ember, tali plastic, bambu dan kayu,
gergaji, timbangan pupuk, gembor.
Bahan-bahan yang digunakan saat
praktikum yaitu : benih
kedelai hitam , pupuk (N) urea 46%, pupuk (P) TSP , pupuk ( K
) KCl , pupuk kandang berupa kotoran ayam, Abu Sabut Kelapa ,dan air.
3.3 Prosedur
Percobaaan
1. Membersihkan
lahan
2. Membuat
petakan seluas 1 x 1,5 m , sebanyak 34 petak
3. Memberikan
pupuk dasar yaitu pupuk kandang ayam dengan disebarkan diatas petakan sebelum
penanaman tanaman kedelai kemudian diaduk dan diratakan dengan cangkul.
4. Memberikan
perlakuan abu sabut kelapa sebanyak 700 gram setiap petak
5. Penanaman
·
Penanaman dilakukan 1 minggu setelah
pemberian abu dengan jarak tanam 40 x 20 cm.
·
Buat lubang tanam dengan menggunakan
tugal ataupun jari tangan dengan kedalaman 3 - 4 cm.
·
Masukkan benih kedelai hitam pada lubang
tanam sebanyak 3 butir benih per lubang.
·
Tabur pupuk Urea, TSP, dan KCl pada
larikan. ( dosis pupuk terlebih dahulu dihitung).
·
Setelah semua benih dimasukkan kedalam
lubang tanam dan pupuk dimasukkan kedalam alur, maka lubang tanam dan alur
pupuk di tutup dengan tanah yang lembut dan gembur.
·
Pasang label pada setiap petak sesuai
dengan perlakuan abu limbah tanaman beserta nama dan nim mahasiswa
masing-masing.
·
Penyiraman petakan.
6.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan selama pertumbuhan
tanaman baik prapanen hingga panen meliputi :
·
Penyiraman yang dilakukan setiap hari
siang dan sore kecuali hari hujan.
·
Penyulaman dilakukan pada umur tanaman 1
MST ( Minggu sesudah tanam ) apabila tanaman tidak tumbuh.
·
Penyiangan , membersihkan gulma pada
petakan dan sekitar petakan dengan menggunakan cangkul atau parang. Penyiangan
dilakukan setiap 1 minggu sekali.
·
Pembubunan dilakukan setiap 1 minggu
sekali , dengan menimbuni bagian batang bawah tanaman dengan menaikkan tanah
samping kanan dan kiri tanaman sehingga membentuk gundulan.
·
Membersihkan aliran drainase di sekitar
tanaman , dilakukan setiap 1 minggu sekali.
7. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada tanaman kedelai
selama masa pertumbuhan sampai panen adalah :
a. Pertumbuhan
·
Daya tumbuh benih, hitung jumlah benih
yang tumbuh dari seluruh lubang tanam dibagi dengan seluruh lubang tanam
kemudian dipersentasekan. Pengamatan dilakukan 1 minggu setelah tanam.
·
Tinggi tanaman, diukur dari permukaan
tanah sampai titik tumbuh, pengukuran 1 x seminggu.
·
Jumlah daun trifoliate, dengan
menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna dihitung setiap 1 minggu
sekali.
·
Jumlah cabang.
·
Menghitung berat kering tanaman,
dihitung pada masa pertumbuhan generatif di mulai. Dengan mencabut 1 tanaman
kedelai kemudian dibersihkan dengan air dan masukkan kedalam amplop.
·
Mengamati banyaknya bintil akar sewaktu
mencabut tanaman untuk mengukur berat kering tanaman.
·
Hitunglah umur tanaman mulai berbunga.
b. Hasil
dan komponen hasil
Panen
dilakukan apabila polong sudah mulai menguning dan apabila di pencet sudah
keras dan biji kedelai sudah berwarna hitam. Komponen hasil yang diamati antara
lain :
·
Jumlah polong pertanaman.
·
Jumlah polong berisi.
·
Berat polong.
·
Berat biji kering per tanaman.
c. Indeks
panen, dengan menghitung bobot polong dibagi dengan total tanam.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari
hasil praktikum Tanaman kedelai yang telah dilaksanakan data pengamatan
dimasukan ke dalam tabel dan digabungkan dengan perlakuan teman-teman
perkelompok.
Pengamatan
1, hari selasa tanggal 30 oktober 2012
VII.1 PERLAKUAN ABU
SABUT KELAPA
1.
Yang diamati dalam praktikum pertama
setelah penananaman adalah pertumbuhan dari tanaman kedelai yaitu :
=
Jumlah tanaman yang tumbuh / jumlah biji yang ditanam dikali 100 %
=
9 / 18 x 100 %
=
50 %
Minggu
|
Pertumbuhan Tanaman
|
Tanaman
|
Rata -
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Rata
|
||
Minggu ke 2
|
T.Tanaman(cm)
|
4
|
9
|
7
|
8
|
6
|
4
|
6,2
|
Jumlah Daun
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1.00
|
|
Jumlah Cabang
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||
Minggu ke 3
|
T.Tanaman(cm)
|
7
|
11
|
10
|
10
|
9
|
6
|
8,83
|
Jumlah Daun
|
1
|
3
|
3
|
2
|
2
|
2
|
2,16
|
|
Jumlah Cabang
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||
Minggu ke 4
|
T.Tanaman(cm)
|
11
|
16
|
15
|
13
|
12
|
11
|
13
|
Jumlah Daun
|
3
|
5
|
5
|
4
|
4
|
3
|
4
|
|
Jumlah Cabang
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||
Minggu ke 5
|
T.Tanaman(cm)
|
21
|
27,5
|
28
|
22,5
|
22
|
21
|
23,7
|
Jumlah Daun
|
7
|
9
|
10
|
8
|
7
|
7
|
8
|
|
Jumlah Cabang
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
Minggu ke 6
|
T.Tanaman(cm)
|
34,5
|
40
|
41,5
|
38
|
37
|
39
|
38,3
|
Jumlah Daun
|
14
|
19
|
21
|
18
|
18
|
16
|
17,7
|
|
Jumlah Cabang
|
3
|
7
|
7
|
5
|
4
|
4
|
5
|
PENGAMATAN MINGGU KE-7
|
|
Bintil akar
|
12
|
Berat amplop
|
21,2
gram
|
Berat kering
|
122,4
gram
|
Berat basah
|
141,2
gram
|
PENGAMATAN MINGGU KE-8
|
|
Sampel
|
Jumlah polong
|
Tanaman 1
|
80
|
Tanaman 2
|
141
|
Tanaman 4
|
122
|
Tanaman 5
|
112
|
Tanaman 6
|
110
|
CATATAN : ISI POLONG TANAMAN KEDELAI : 3
PENGAMATAN MINGGU KE-9
|
|
BERAT POLONG
|
0,8
|
BERAT BIJI
|
129,5
|
CATATAN : INDEKS PANEN :
=
=
0,16
VII.2
PERLAKUAN ABU SEKAM PADI
·
Minggu
I
No
|
Pertumbuhan Tanaman
|
Tinggi Tanaman
|
1
|
100 %
|
6 cm
|
2
|
66.7 %
|
6 cm
|
3
|
100 %
|
6 cm
|
4
|
66.7 %
|
6 cm
|
5
|
66.7 %
|
6 cm
|
6
|
100 %
|
6 cm
|
Rata-rata
|
83.3 %
|
6 cm
|
Catatan : Tanaman tumbuh pada hari
ke 4 setelah penanaman.
·
Minggu
II
No
|
Tinggi Tanaman
|
Jumlah Daun
|
1
|
9.5 cm
|
1 tangkai
|
2
|
9 cm
|
1 tangkai
|
3
|
11 cm
|
1 tangkai
|
4
|
11 cm
|
1 tangkai
|
5
|
10 cm
|
1 tangkai
|
6
|
11 cm
|
2 tangkai
|
Catatan : Pada minggu ke II ini
dilakukan penyulaman dan penjarangan.
·
Minggu
III
No
|
Tinggi Tanaman
|
Jumlah Daun
|
1
|
13 cm
|
3 tangkai
|
2
|
14 cm
|
4 tangkai
|
3
|
15 cm
|
3 tangkai
|
4
|
14 cm
|
4 tangkai
|
5
|
14 cm
|
3 tangkai
|
6
|
15.5 cm
|
4 tangkai
|
Catatan : Pada minggu ke III ini
daun tanaman berlubang lubang dikarenakan diserang hama belalang dan ulat daun.
·
Minggu
IV
No
|
Tinggi Tanaman
|
Jumlah Daun
|
1
|
21 cm
|
6 tangkai
|
2
|
22 cm
|
8 tangkai
|
3
|
23 cm
|
6 tangkai
|
4
|
24 cm
|
5 tangkai
|
5
|
24 cm
|
5 tangkai
|
6
|
26 cm
|
9 tangkai
|
Catatan : Minggu ini tanaman juga
diserang hama ulat pelipat daun dan serangga-serangga kecil yang juga menyerang
daun tanaman.
·
Minggu
V
No
|
Tinggi Tanaman
|
Jumlah Daun
|
1
|
30 cm
|
14 tangkai
|
2
|
38 cm
|
16tangkai
|
3
|
30 cm
|
13 tangkai
|
4
|
38 cm
|
10 tangkai
|
5
|
34 cm
|
14 tangkai
|
6
|
39 cm
|
19
Tangkai
|
·
Minggu
VI
No
|
Tinggi Tanaman
|
Jumlah Daun
|
Jumlah Cabang
|
1
|
47 cm
|
30 tangkai
|
7 tangkai
|
2
|
55 cm
|
42 tangkai
|
8 tangkai
|
3
|
45 cm
|
25 tangkai
|
7 tangkai
|
4
|
53 cm
|
26 tangkai
|
5 tangkai
|
5
|
50 cm
|
28 tangkai
|
7 tangkai
|
6
|
55 cm
|
42 tangkai
|
7 tangkai
|
PENGAMATAN MINGGU KE 7 dan 8
|
|
Sampel
|
Jumlah polong
|
Tanaman 1
|
147
|
Tanaman 2
|
215
|
Tanaman 4
|
159
|
Tanaman 5
|
176
|
Tanaman 6
|
205
|
Bintil akar
|
45
|
Indeks panen
|
0,2
|
VII.3
PERLAKUAN ABU TANDAN KOSONG
Perlakuan
|
Tinggi tanaman
|
Jumlah daun
|
Jumlah cabang
|
Jumlah bintil akar
|
Berat polong dan biji
|
Minggu ke-2
|
9,15 cm
|
1
|
-
|
-
|
-
|
Minggu ke-3
|
15,20 cm
|
2
|
-
|
-
|
-
|
Minggu ke-4
|
19,13 cm
|
3
|
-
|
-
|
-
|
Minggu ke-5
|
26,8 cm
|
8
|
-
|
-
|
-
|
Minggu ke-6
|
32,24 cm
|
12
|
4
|
45
|
0,5 dan 0,1
|
INDEKS PANEN : 0,1
4.2 PEMBAHASAN
Pengamatan
praktikum ini dilakukan dari pra panen sampai panen dan diberikan perlakuan
yang berbeda masing – masing setiap petak tanaman. dapat kita lihat dari tabel
hasil kelompok diatas. Pengaruh yang nyata terhadap percobaan kedelai terlihat
jelas pada abu sabut kelapa mulai dari pertumbuhan sampai dengan hasil panen.
Analisis
yang sangat beragam dari setiap kelompok menunjukkan terdapat pengaruh abu
sabut kelapa terhadap tanaman kedelai mulai dari tinggi tanaman, bobot kering
tanaman, jumlah polong berisi dan bobot biji pertanaman.
Sunarti (1996) melaporkan bahwa K2O yang terkandung
di dalam abu sabut kelapa adalah sebesar 10,25%, dan diberikan sebanyak 643,940
kg ha-1 pada tanaman Centrosema pubescens mampu meningkatkan K-tersedia
total tanah sebesar 740,07 mg, dan meningkatkan hasil tanaman. Gusnadi (1999),
melaporkan bahwa penambahan abu sabut kelapa mampu meningkatkan tinggi tanaman,
jumlah cabang per rumpun, jumlah polong berisi, jumlah biji per polong, dan
berat biji per tanaman pada tanaman kedelai.
Dan menurut lakitan ( 2000 ) kalium yang terkandung
dalam abu sabut kelapa berperan sebagai zat pengaktif berbagai enzim pada
proses fotosintesis , respirasi dan translokasi fotosintat dari daun ke organ
atau jaringan tanaman yang membutuhkan. Pada proses fotosintesis, kalium berperan
mengatur potensi osmotik sel. Perubahan sel osmotik mempengaruhi proses menutup
dan membukanya stomata. Apabila kalium didalam sel meningkat maka potensi
osmotik menjadi negative akibat stomata membuka. Proses membukanya stomata
memudahkan CO2 masuk kedalam daun dan kemudian dimanfaatkan oleh daun kemudin
dimanfaatkan oleh daun untuk fotosintesis.
Selain itu berdasarkan beberapa data dari kelompok
tujuh yaitu adanya perlakuan abu sekam padi dan abu janjang kosong bahwa
pemberian abu dari kedua tersebut memberikan hasil atau respon yang baik
terhadap tanaman kedelai, yaitu mulai dari tinggi tanaman, jumlah polong,
jumlah daun , berat biji sampai pertumbuhan tanaman pada fase akhir yaitu
panen.
Pada penelitian ini data diatas menunjukkan bahwa
perlakuan sabut kelapa tidak kalah dalam hasil dengan perlakuan lainnya (
janjang kosong dan sekam padi ). Begitu juga Sabut kelapa bisa juga sebagai
pupuk pengganti yakni pupuk kimia Kcl , urea, dan Tsp. memberikan hasil yang
sebanding dengan pemberian pupuk kimia tersebut dengan dosis yang digunakan
yaitu 750 gram perpetak seperti yang saya berikan pada saat pengamatan.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan kedelai dari pra panen sampai panen
maka dapat disimpulkan :
1. Bahwa
pengaruh pupuk dari limbah tanaman mempunyai skala pertumbuhan yang sangat baik
bagi tanaman dibandingkan dengan pupuk kimia.
2.
Pengaruh abu sabut kelapa pada tanaman
kedelai mempunyai pengaruh sangat baik karena banyak unsur hara yang terkandung
baik mikro dan makro yaitu sekitar10,25%, dan diberikan sebanyak 643,940 kg
ha-1 pada tanaman Centrosema pubescens mampu meningkatkan K-tersedia
total tanah sebesar 740,07 mg, dan meningkatkan hasil tanaman. Gusnadi (1999),
melaporkan bahwa penambahan abu sabut kelapa mampu meningkatkan tinggi tanaman,
jumlah cabang per rumpun, jumlah polong berisi, jumlah biji per polong, dan
berat biji per tanaman pada tanaman kedelai
5.2 Saran
Penelitian
ii sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan hama dan penyakit pada tanaman
sehingga hasil yang diinginkan sesuai dan maksimal dan pada perlakuan abu sabut
kelapa saya penggunaannya sebanyak 750 gram perpetak. Maka oleh karena itu,
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui respon lebih lanjut
DAFTAR PUSTAKA
- · Gusnadi, T. 1999. Pengaruh Pemberian Berbagai Jenis Abu Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril). Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Jambi.
- · Sunarti. 1996. Pengaruh Pemberian Abu Sabut Kelapa dan Pupuk Kandang terhadap K-tersedia pada Ultisol dengan Indikator Tanaman Centrosema pubescens. Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Jambi.
- · Denian, A. dan A. Fiani. 2001. Tanggap terhadap Bahan Organik Limbah Pisang pada Tanah Podzolik. Stigma 9: 16-18.
- · Wayan. I. Suastika. dkk. 1997. Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut. Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
- · Adisarwanto, 2006. Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta
- · Fachruddin, 2000. Budidaya kacang-kacangan. Kanisius, Yogyakarta.
- · Suprapto, 1999. Bertanam kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.
- · Hakim, N., Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S.G.Nugroho, M.A. Diha, G. B. Hong dan H. H. Barley. 1986. Dasar - Dasar lmu Tanah. Fakultas Pertanian UniversitasLampung, Bandar Lampung.